Yesus Dibabtis Di Sungai Yordan ( Yes 42:1-5; Mat 3: 13-17)
( Yohanes Pembaptis dan Yesus )
Saudara-saudara yang terkasih, pada waktu Hari Lebaran, banyak orang-orang Jawa yang datang mengunjungi orang tuanya, neneknya dan sebagainya, lalu bersujud minta ampun atas segala kesalahan dan minta berkat dari padanya. Hal itu juga dilakukan oleh orang yang muda di hadapan orang yang dianggap tua. Tetapi pernahkan terjadi ada orang yang bersujud minta ampun dan berkat kepada Simbok (Ibu) pembantu rumah tangganya? Pastilah Sang Simbok akan menolak jika disujudi oleh tuannya. Mungkin ia akan berkata: “Bukan Tuan yang harus bersujud kepada saya, tetapi sayalah yang harus bersujud kepada Tuan”
Saudara-saudara yang terkasih, peristiwa semacam inilah yang dialami oleh Yohanes, ketika ia membaptis orang-orang Yahudi yang ingin bertobat di Sungai Yordan. Ketika ia mulai membaptis orang-orang itu, ia mengenali Yesus yang ikut antri di situ untuk minta dibaptis olehnya. Ketika Yesus sudah di hadapannya, maka berkatalah Yohanes: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Tetapi Yesus menjawab: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Bdk. Mat 3:14-15 ). Yohanes yang taat kepada Yesus itu, lalu membaptis Dia di Sungai Yordan.
( Yesus Dilantik Bapa )
Saudara-saudara yang terkasih, tentu saja Yohanes menolak membaptis Yesus, karena pembaptisan Yohanes itu adalah tanda pertobatan. Apakah Yesus yang Tuhan itu juga mempunyai dosa, sehingga perlu bertobat? Tetapi Yesus mengatakan bahwa hal itu untuk menggenapi kehendak Bapa. Lalu apa kehendak Allah Bapa dalam pembaptisan Yesus ini? Hal itu akan kita ketahui sesudah Yesus menerima pembaptisan, tiba-tiba langit terbuka dan tampak Roh Allah seperti burung merpati yang turun ke atasNya. Lalu terdengarlah suara dari langit: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Apakah maksud dari peristiwa itu? Di dalam perikop ini tampak ketiga pribadi Allah Tritunggal ini, yaitu Yesus Sang Allah Putera, Allah Bapa yang berbicara dan Allah Roh Kudus yang turun seperti burung merpati. Saudara-saudara yang terkasih, ternyata pada peristiwa pembaptisan Yesus ini Allah Bapa telah melantik Yesus untuk melaksana-kan tugasNya di dunia ini sebagai Mesias, Sang Pembebas Dunia. Karena Allah Bapa dengan kata-kataNya itu telah mengingatkan kembali apa yang pernah dinubuatkan oleh Yesaya:
“Lihat itu hambaKu yang Kupegang. Orang pilihanKu yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu kepadanya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau mendengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya” ( Yes 42: 1-5 )
Ternyata Yesus inilah orang yang telah dinubuatkan oleh Yesaya itu, yang berkenan di hati Allah, yang di dalamNya Roh Allah bersemayam, yang akan menegakkan hukum kepada bangsa-bangsa, yang ajaranNya di harapkan di segala pulau. Inilah gambaran Sang Mesias Israel yang pada saat pembaptisan itu, Ia dilantik untuk melaksanakan tugasNya di dunia ini.
( Pembaptisan Yohanes dan Pembaptisan Kita )
Saudara-saudara yang terkasih, apakah pembaptisan kita ini juga hanya lambang pertobatan saja, bagaikan pembaptisan Yohanes? Karena Yohanes pernah mengatakan bahwa ia hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian, akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api (bdk. Mat 3:11). Jawabnya adalah tidak sama saudara-saudara. Kita telah mengalami baptisan dengan air dan Roh Kudus sekaligus. Karena dalam pembaptisan kita orang yang membaptis kita menuangkan air di atas kepala kita dengan berkata: “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Persis sebagaimana yang diajarkan Yesus kepada para Rasul sebelum Ia naik ke Surga. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28:19). Dalam pembaptisan itu kita telah dimasukkan dalam persekutuan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pada saat pembaptisan kita itu, kita telah diangkat menjadi anak Allah. Tetapi anak angkat saudara-saudara, karena Anak Allah yang sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Kita adalah anak angkat Allah, karena sebelumnya kita ini bukan anak. Kita sebenarnya hanyalah ciptaan Allah dan ciptaan itu, setelah pembaptisan, diangkat menjadi anakNya. Pembaptisan kita itu bukan saja lambang pertobatan, tetapi pada saat itu juga dosa asal dan dosa-dosa kita yang lain telah dihapuskan.
( Sakramen Gereja dan Rahmat )
Saudara-saudara yang terkasih, pembaptisan kita adalah pintu gerbang masuk ke dalam sakramen-sakramen Gereja lainnya. Kita masih ingat bukan, ketujuh sakramen Gereja itu? Jika ada yang lupa biarlah saya ingatkan kembali. Ketujuh sakramen Gereja itu ialah: Sakramaen Pembaptisan, Khrisma, Ekaristi, Tobat, Perkawinan, Imamat dan Perminyakan Suci. Tetapi sebelum dibaptis, sebelum menjadi anak Allah, kita tidak bisa menerima sakramen-sakramen itu. Di dalam sakramen Gereja itu kita akan semakin mendapatkan rahmat dari Tuhan, sehingga semakin pantas menjadi anakNya. Tetapi saudara-saudara, rahmat itu sebenarnya apa? Di sini saya tidak akan menjelaskan secara teologis, karena takut Anda semuanya akan menjadi bingung. Namun saya akan menjelaskan secara sederhana dengan terlebih dahulu menceriterakan kisah berikut ini.
Di Amerika Serikat ada seorang kaya-raya yang hidup sendirian. Mungkin ia telah ditinggalkan oleh isterinya dan tidak mempunyai anak. Ia hidup hanya ditemani oleh seekor anjing Helder yang setiap hari dengan setia menemaninya. Pada suatu hari orang itu kedapatan telah meninggal dunia di kamarnya, karena serangan jantung. Ketika surat wasiatnya dibuka, ternyata seluruh harta kekayaannya diwariskan kepada anjing Heldernya yang setia itu. Sejak itu Helder itu menjadi binatang terkaya di dunia. Tetapi apakah ia tahu saudara-saudara, bahwa ia menjadi binatang yang kaya raya? Lihat saja, ketika yang bertugas memelihara memberikan makanan yang mahal-mahal dari restoran, ia malah nggak mau makan, tetapi lebih suka mengejar tulang yang dilemparkan pemeliharanya. Demikian juga setelah dibelikan tempat tidur yang bagus, ia malah lebih suka tidur di kolong. Jadi kesimpulannya, warisan uang yang banyak itu tak ada gunanya bagi anjing itu. Mengapa Helder itu tidak bisa menikmati warisan dari tuannya? Karena memang kodrat tuannya yang manusia itu berbeda dengan kodrat anjingnya. Itulah sebabnya anjing itu tak mampu menikmati sesuatu pemberian dari tuannya yang berbeda kodrat, lebih dari kemampuan kodrat anjingnya.
Saudara-saudara yang terkasih, antara Tuhan dan manusia itu juga berbeda kodratnya. Oleh karena itu segala pemberian Allah itu, pastilah tidak mampu dinikmati manusia lebih dari kemampuan kodrat manusiawinya. Jadi jika Allah mewariskan harta surgawinya atau hal-hal ilahi kepada manusia itu, pada hakikatnya sama seperti orang kaya yang mewariskan harta kekayaannya kepada anjingnya. Percuma, karena perbedaan kodrat itu manusia tidak mampu menikmatinya. Tetapi saudara-saudara, Tuhan ternyata tidak sebodoh orang kaya itu. Karena Ia tahu akan ketidakmampuan manusia, jika Ia memberikan sesuatu yang ilahi kepadanya. Maka sebelum memberikan warisanNya, Tuhan akan lebih dahulu membuat manusia itu menjadi mampu menikmati harta ilahiNya. Kemampuan yang diberikan kepada manusia agar dapat menikmati warisan dan hal-hal yang ilahi itulah yang disebut RAHMAT.
Saudara-saudara yang terkasih, dalam pembaptisan kita menerima rahmat yang pertama yang menjadi pintu gerbang bagi masuknya rahmat-rahmat lainnya dalam setiap sakramen Gereja dengan puncaknya adalah sakramen Ekaristi. Oleh karena itu betapa pentingnya kita yang sudah dibaptis ini selalu menghadiri sakramen-sakramen Gereja, khususnya sakramen Ekaristi. Karena dengan demikian, kita akan sering menerima rahmat dari Tuhan, sehingga semakin memiliki kemampuan untuk menikmati warisan ilahi di kelak kemudian hari, setelah kita kembali kepangkuan Bapa.
( Penutup )
Oleh karena itu marilah kita mohon rahmat yang melimpah dari Bapa, lewat Putera dan RohNya dalam Ekaristi ini, agar kita semakin memiliki kemampuan menikmati harta ilahiNya, serta membuat kita semakin pantas menjadi anakNya yang terkasih. Amin.
( Yohanes Pembaptis dan Yesus )
Saudara-saudara yang terkasih, pada waktu Hari Lebaran, banyak orang-orang Jawa yang datang mengunjungi orang tuanya, neneknya dan sebagainya, lalu bersujud minta ampun atas segala kesalahan dan minta berkat dari padanya. Hal itu juga dilakukan oleh orang yang muda di hadapan orang yang dianggap tua. Tetapi pernahkan terjadi ada orang yang bersujud minta ampun dan berkat kepada Simbok (Ibu) pembantu rumah tangganya? Pastilah Sang Simbok akan menolak jika disujudi oleh tuannya. Mungkin ia akan berkata: “Bukan Tuan yang harus bersujud kepada saya, tetapi sayalah yang harus bersujud kepada Tuan”
Saudara-saudara yang terkasih, peristiwa semacam inilah yang dialami oleh Yohanes, ketika ia membaptis orang-orang Yahudi yang ingin bertobat di Sungai Yordan. Ketika ia mulai membaptis orang-orang itu, ia mengenali Yesus yang ikut antri di situ untuk minta dibaptis olehnya. Ketika Yesus sudah di hadapannya, maka berkatalah Yohanes: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Tetapi Yesus menjawab: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Bdk. Mat 3:14-15 ). Yohanes yang taat kepada Yesus itu, lalu membaptis Dia di Sungai Yordan.
( Yesus Dilantik Bapa )
Saudara-saudara yang terkasih, tentu saja Yohanes menolak membaptis Yesus, karena pembaptisan Yohanes itu adalah tanda pertobatan. Apakah Yesus yang Tuhan itu juga mempunyai dosa, sehingga perlu bertobat? Tetapi Yesus mengatakan bahwa hal itu untuk menggenapi kehendak Bapa. Lalu apa kehendak Allah Bapa dalam pembaptisan Yesus ini? Hal itu akan kita ketahui sesudah Yesus menerima pembaptisan, tiba-tiba langit terbuka dan tampak Roh Allah seperti burung merpati yang turun ke atasNya. Lalu terdengarlah suara dari langit: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Apakah maksud dari peristiwa itu? Di dalam perikop ini tampak ketiga pribadi Allah Tritunggal ini, yaitu Yesus Sang Allah Putera, Allah Bapa yang berbicara dan Allah Roh Kudus yang turun seperti burung merpati. Saudara-saudara yang terkasih, ternyata pada peristiwa pembaptisan Yesus ini Allah Bapa telah melantik Yesus untuk melaksana-kan tugasNya di dunia ini sebagai Mesias, Sang Pembebas Dunia. Karena Allah Bapa dengan kata-kataNya itu telah mengingatkan kembali apa yang pernah dinubuatkan oleh Yesaya:
“Lihat itu hambaKu yang Kupegang. Orang pilihanKu yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu kepadanya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau mendengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya” ( Yes 42: 1-5 )
Ternyata Yesus inilah orang yang telah dinubuatkan oleh Yesaya itu, yang berkenan di hati Allah, yang di dalamNya Roh Allah bersemayam, yang akan menegakkan hukum kepada bangsa-bangsa, yang ajaranNya di harapkan di segala pulau. Inilah gambaran Sang Mesias Israel yang pada saat pembaptisan itu, Ia dilantik untuk melaksanakan tugasNya di dunia ini.
( Pembaptisan Yohanes dan Pembaptisan Kita )
Saudara-saudara yang terkasih, apakah pembaptisan kita ini juga hanya lambang pertobatan saja, bagaikan pembaptisan Yohanes? Karena Yohanes pernah mengatakan bahwa ia hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian, akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api (bdk. Mat 3:11). Jawabnya adalah tidak sama saudara-saudara. Kita telah mengalami baptisan dengan air dan Roh Kudus sekaligus. Karena dalam pembaptisan kita orang yang membaptis kita menuangkan air di atas kepala kita dengan berkata: “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Persis sebagaimana yang diajarkan Yesus kepada para Rasul sebelum Ia naik ke Surga. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28:19). Dalam pembaptisan itu kita telah dimasukkan dalam persekutuan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pada saat pembaptisan kita itu, kita telah diangkat menjadi anak Allah. Tetapi anak angkat saudara-saudara, karena Anak Allah yang sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Kita adalah anak angkat Allah, karena sebelumnya kita ini bukan anak. Kita sebenarnya hanyalah ciptaan Allah dan ciptaan itu, setelah pembaptisan, diangkat menjadi anakNya. Pembaptisan kita itu bukan saja lambang pertobatan, tetapi pada saat itu juga dosa asal dan dosa-dosa kita yang lain telah dihapuskan.
( Sakramen Gereja dan Rahmat )
Saudara-saudara yang terkasih, pembaptisan kita adalah pintu gerbang masuk ke dalam sakramen-sakramen Gereja lainnya. Kita masih ingat bukan, ketujuh sakramen Gereja itu? Jika ada yang lupa biarlah saya ingatkan kembali. Ketujuh sakramen Gereja itu ialah: Sakramaen Pembaptisan, Khrisma, Ekaristi, Tobat, Perkawinan, Imamat dan Perminyakan Suci. Tetapi sebelum dibaptis, sebelum menjadi anak Allah, kita tidak bisa menerima sakramen-sakramen itu. Di dalam sakramen Gereja itu kita akan semakin mendapatkan rahmat dari Tuhan, sehingga semakin pantas menjadi anakNya. Tetapi saudara-saudara, rahmat itu sebenarnya apa? Di sini saya tidak akan menjelaskan secara teologis, karena takut Anda semuanya akan menjadi bingung. Namun saya akan menjelaskan secara sederhana dengan terlebih dahulu menceriterakan kisah berikut ini.
Di Amerika Serikat ada seorang kaya-raya yang hidup sendirian. Mungkin ia telah ditinggalkan oleh isterinya dan tidak mempunyai anak. Ia hidup hanya ditemani oleh seekor anjing Helder yang setiap hari dengan setia menemaninya. Pada suatu hari orang itu kedapatan telah meninggal dunia di kamarnya, karena serangan jantung. Ketika surat wasiatnya dibuka, ternyata seluruh harta kekayaannya diwariskan kepada anjing Heldernya yang setia itu. Sejak itu Helder itu menjadi binatang terkaya di dunia. Tetapi apakah ia tahu saudara-saudara, bahwa ia menjadi binatang yang kaya raya? Lihat saja, ketika yang bertugas memelihara memberikan makanan yang mahal-mahal dari restoran, ia malah nggak mau makan, tetapi lebih suka mengejar tulang yang dilemparkan pemeliharanya. Demikian juga setelah dibelikan tempat tidur yang bagus, ia malah lebih suka tidur di kolong. Jadi kesimpulannya, warisan uang yang banyak itu tak ada gunanya bagi anjing itu. Mengapa Helder itu tidak bisa menikmati warisan dari tuannya? Karena memang kodrat tuannya yang manusia itu berbeda dengan kodrat anjingnya. Itulah sebabnya anjing itu tak mampu menikmati sesuatu pemberian dari tuannya yang berbeda kodrat, lebih dari kemampuan kodrat anjingnya.
Saudara-saudara yang terkasih, antara Tuhan dan manusia itu juga berbeda kodratnya. Oleh karena itu segala pemberian Allah itu, pastilah tidak mampu dinikmati manusia lebih dari kemampuan kodrat manusiawinya. Jadi jika Allah mewariskan harta surgawinya atau hal-hal ilahi kepada manusia itu, pada hakikatnya sama seperti orang kaya yang mewariskan harta kekayaannya kepada anjingnya. Percuma, karena perbedaan kodrat itu manusia tidak mampu menikmatinya. Tetapi saudara-saudara, Tuhan ternyata tidak sebodoh orang kaya itu. Karena Ia tahu akan ketidakmampuan manusia, jika Ia memberikan sesuatu yang ilahi kepadanya. Maka sebelum memberikan warisanNya, Tuhan akan lebih dahulu membuat manusia itu menjadi mampu menikmati harta ilahiNya. Kemampuan yang diberikan kepada manusia agar dapat menikmati warisan dan hal-hal yang ilahi itulah yang disebut RAHMAT.
Saudara-saudara yang terkasih, dalam pembaptisan kita menerima rahmat yang pertama yang menjadi pintu gerbang bagi masuknya rahmat-rahmat lainnya dalam setiap sakramen Gereja dengan puncaknya adalah sakramen Ekaristi. Oleh karena itu betapa pentingnya kita yang sudah dibaptis ini selalu menghadiri sakramen-sakramen Gereja, khususnya sakramen Ekaristi. Karena dengan demikian, kita akan sering menerima rahmat dari Tuhan, sehingga semakin memiliki kemampuan untuk menikmati warisan ilahi di kelak kemudian hari, setelah kita kembali kepangkuan Bapa.
( Penutup )
Oleh karena itu marilah kita mohon rahmat yang melimpah dari Bapa, lewat Putera dan RohNya dalam Ekaristi ini, agar kita semakin memiliki kemampuan menikmati harta ilahiNya, serta membuat kita semakin pantas menjadi anakNya yang terkasih. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar