Senin, 05 Maret 2012


Matius 3:13-17

Pelayanan Tuhan Yesus diawali dengan baptisan. Yohanes Pembaptis membaptis Tuhan Yesus seperti perikop bacaan hari ini. Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis itu tidak sama dengan baptisan yang dperintahkan oleh Tuhan Yesus yang tercatat dalam Matius 28:19-20. Baptisan Yohanes Pembaptis itu muncul dari tradisi orang Yahudi. Tradisi orang Yahudi yang menyesali dosanya dan bertobat dengan baptisan. Jadi baptisan ini untuk pernyataan pertobatan dan baptisan ini merupakan simbol pembersihan dimana air dicurahkan dari atas ke bawah. Dalam hal ini, ada banyak gereja yang menafsirkan bahwa baptisan yang dilakukan oleh Yohanes ini adalah baptisan dengan cara selam, dengan dukungan kalimat yang tertulis, ‘Yesus segera keluar dari air…’ Dalam bagian ini, perlu ditegaskanbahwa tidak pernah ada dalam Alkitab dinyatakan tentang baptisan yang dilakukan dengan cara selam. Sehingga baptisan secara selam itu tidak lebih alkitabiah dan mereka yang memandang baptisan secara selam itu adalah alkitabiah, maka penafsiran itu benar-benar salah. Soal baptisan secara selam atau curah itu bukanlah soal cara pembaptisannya, tetapi perlu sekali kita memperhatikan esensi perbedaan dari dua model baptisan tersebut dan manakah yang sesuai dengan prinsip Alkitab.
Baptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis merupakan baptisan yang melambangkan pembersihan atas dosa-dosa orang yang hendak dibaptis dimana orang tersebut sadar harus meninggalkan segala dosanya dan pembersihan tersebut itu dilambangkan dengan baptisan seperti orang yang mandi, dicuci bersih dengan siraman air dari atas ke bawah. Air yang turun dari atas ke bawah itu melambangkan Roh Kudus karena Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa dia membaptis dengan air tetapi Tuhan Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus (Mat 3:11). Air itu melambangkan Roh Kudus maka jikalau baptian air itu melambangkan Roh Kudus maka baptisan secara pencurahan itu adalah baptisan yang alkitabiah.
Tuhan Yesus dibaptiskan oleh Yohanes, seperti perkataan Yesus, untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah. Dalam terjemahan bhs. Inggris, kalimat tersebut menggunakan kata ‘to fulfill all righteousness’. Righteousness yang artinya kebenaran. Seluruh kehendak Allah pun merupakan kebenaran. Jadi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu adalah untuk menggenapi kehendak Allah.
Ini pun merupakan sikap Tuhan Yesus yang disebut ‘kenosis’ (pengosongan diri). Yesus yang adalah Allah itu mau datang ke dunia sebagai manusia dan pada saat sebagai manusia, Dia datang dengan merendahkan diri-Nya, itulah kenosis. Waktu sebagai manusia, Dia merendahkan diri-Nya dan mengakui bahwa kemutlakan ada pada kehendak Bapa maka Yesus datang untuk menggenapi kehendak Bapa. Hal itulah yang menjadi tujuan dari Kristus, demikian pula kita, sebagai ciptaan Allah, seharusnya juga memiliki tujuan untuk menggenapkan kehendak Allah. Seorang kristen sejati adalah seorang kristen yang selalu menggumulkan kehendak Bapa di Sorga. Jangan cuma memikirkan pekerjaan-pekerjaan kita sendiri di dunia ini.
Baptisan pada Tuhan Yesus itu merupakan suatu proklamasi Allah dari Sorga. Proklamasi yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak yang diutus oleh Bapa dan yang resmi memulai pelayanan-Nya. Pernyataan kepada semua orang bahwa Dia yang datang ke dunia adalah Mesias yang dijanjikan dimana janji itu telah digenapi.
Orang-orang kristen adalah orang-orang yang seharusnya menghargai proklamasi-proklamasi yang Allah nyatakan terlebih lagi proklamasi itu merupakan tindakan langsung dari Sorga. Pada waktu pembaptisan Kristus oleh Yohanes berlangsung, terdapat intervensi langsung dari Sorga dan hal ini merupakan hal yang luar biasa terjadi pada waktu itu. Perhatikan pada ayat 16 yang menyatakan hal tersebut. Tanda dari proklamasi-Nya ialah peristiwa langit terbuka. Lukas juga mencatat peristiwa terbukanya langit pada saat Kristus berdoa setelah dibaptis (Luk 3:21). Peristiwa langit terbuka ini juga terjadi pula pada masa selanjutnya yaitu saat Stefanus dirajam batu. Seperti apakah langit terbuka itu? Birunya langit yang kita lihat saat ini itu seperti terkoyak dan langit yang terkoyak itu memperlihatkan dimensi berbeda yang di atas kita, dimensi surgawi. Langit yang terbuka itu menyatakan adanya intervensi dari Sorga. Langit yang terbuka juga menyatakan suatu hubungan dimana Allah yang mau berelasi dengan manusia yang ada di bumi. Langit yang terbuka juga menyatakan kehadiran Allah Roh Kudus dengan gambaran Roh Kudus turun seperti burung merpati. Maksud dari kata ‘turun’ disini bukan berarti sebelumnya Allah Roh Kudus itu tinggal diam di Sorga lalu turun ke bumi. Maksud yang benar adalah kehadiran Roh Kudus itu merupakan proklamasi dimana proklamasi itu dinyatakan dengan tanda-tanda. Orang-orang itu bisa melihat tanda-tanda yang telah dinyatakan. Roh Kudus turun itu menyatakan penyertaan Allah kepada Anak-Nya yang Tunggal untuk menjalankan misi Kerajaan Sorga. Begitu pula dengan perkataan Allah Bapa, suatu proklamasi, yang mengatakan, ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’.
Semua itu adalah pernyataan dari Sorga yang menguatkan dan meneguhkan serta menyatakan bahwa Kristus datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri. Justru Dia datang untuk menggenapi kehendak Bapa (Mat 5:17). Kristus menjalankan tugas-Nya di bawah otoritas Kitab Suci maka kita pun harus mentaati otoritas Kitab Suci dan mengerjakan kehendak Allah juga di bawah otoritas Kitab Suci sekaligus kita diajarkan melalui teladan Kristus untuk tidak menganggap remeh kehendak Allah.
Mari kita perhatikan nats dalam Efesus 4:6 perihal otoritas. Allah kita adalah Allah yang hidup, Allah yang memberikan pernyataan seperti pernyataan Allah pada waktu Kristus dibaptis. Kemudian nats dalam Efesus 1:22 perihal otoritas Kristus terhadap segala sesuatu. Maka pada waktu baptisan itu terdapat tiga otoritas yaitu otoritas dari Allah Bapa, Allah Anak yaitu Kristus, dan Allah Roh Kudus. Hal ini juga sekaligus menyatakan suatu pernyataan yang salah pada golongan Sabelianisme. Paham Sabelianisme memandang bahwa Allah Bapa itu yang menjelma menjadi Kristus dan Kristus yang menjelma Roh Kudus. Pandangan tersebut adalah pandangan yang salah besar.
Kiranya kita diingatkan kembali bahwa kita hidup untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah di dalam hidup kita masing-masing sama seperti Kristus yang datang untuk menggenapkan seluruh kehendak Bapa di Sorga.


yesus dibaptis
Makna Baptisan air secara alkitabiah dapat ditemukan dalam Roma 6:3-11, Kol 2:12, 1Petrus 3:21, 1-5.
Roma 6:3-11 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematiaanNya, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.

“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya. Karena kita tahu bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya,agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu bahwa Kristus sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi, maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematianNya adalah kematian terhadap dosa satu kali untuk selama-lamanya, dan kehidupanNya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya, bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi allah dalam Kristus Yesus.”

Kolose 2:12 “Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”

1 Petrus 3:21 “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan air, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus”.

Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa baptisan air adalah tindakan iman untuk melaksanakan percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa kita, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15 : 3a-4) sehingga sesuai dengan penjelasan Roma 6:3-5. Maka makna baptisan air adalah tindakan iman bahwa kehidupan lama dengan seluruh dosa kita dikuburkan bersama kematian dan penguburan Yesus Kristus Tuhan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus Yesus oleh kemuliaan Allah, dan memperoleh hidup baru didalam Yesus Kristus. Karena itu sesuai dengan nasehat rasul, agar kitapun beroleh hidup baru, terlepas dari kuasa dosa dan hidup memuliakan Tuhan dengan kehidupan yang berkemenangan atas dosa.

Yesus Dibabtis


Yesus Dibabtis Di Sungai Yordan ( Yes 42:1-5; Mat 3: 13-17)

( Yohanes Pembaptis dan Yesus )
Saudara-saudara yang terkasih, pada waktu Hari Lebaran, banyak orang-orang Jawa yang datang mengunjungi orang tuanya, neneknya dan sebagainya, lalu bersujud minta ampun atas segala kesalahan dan minta berkat dari padanya. Hal itu juga dilakukan oleh orang yang muda di hadapan orang yang dianggap tua. Tetapi pernahkan terjadi ada orang yang bersujud minta ampun dan berkat kepada Simbok (Ibu) pembantu rumah tangganya? Pastilah Sang Simbok akan menolak jika disujudi oleh tuannya. Mungkin ia akan berkata: “Bukan Tuan yang harus bersujud kepada saya, tetapi sayalah yang harus bersujud kepada Tuan”

Saudara-saudara yang terkasih, peristiwa semacam inilah yang dialami oleh Yohanes, ketika ia membaptis orang-orang Yahudi yang ingin bertobat di Sungai Yordan. Ketika ia mulai membaptis orang-orang itu, ia mengenali Yesus yang ikut antri di situ untuk minta dibaptis olehnya. Ketika Yesus sudah di hadapannya, maka berkatalah Yohanes: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?” Tetapi Yesus menjawab: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” (Bdk. Mat 3:14-15 ). Yohanes yang taat kepada Yesus itu, lalu membaptis Dia di Sungai Yordan.

( Yesus Dilantik Bapa )
Saudara-saudara yang terkasih, tentu saja Yohanes menolak membaptis Yesus, karena pembaptisan Yohanes itu adalah tanda pertobatan. Apakah Yesus yang Tuhan itu juga mempunyai dosa, sehingga perlu bertobat? Tetapi Yesus mengatakan bahwa hal itu untuk menggenapi kehendak Bapa. Lalu apa kehendak Allah Bapa dalam pembaptisan Yesus ini? Hal itu akan kita ketahui sesudah Yesus menerima pembaptisan, tiba-tiba langit terbuka dan tampak Roh Allah seperti burung merpati yang turun ke atasNya. Lalu terdengarlah suara dari langit: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Apakah maksud dari peristiwa itu? Di dalam perikop ini tampak ketiga pribadi Allah Tritunggal ini, yaitu Yesus Sang Allah Putera, Allah Bapa yang berbicara dan Allah Roh Kudus yang turun seperti burung merpati. Saudara-saudara yang terkasih, ternyata pada peristiwa pembaptisan Yesus ini Allah Bapa telah melantik Yesus untuk melaksana-kan tugasNya di dunia ini sebagai Mesias, Sang Pembebas Dunia. Karena Allah Bapa dengan kata-kataNya itu telah mengingatkan kembali apa yang pernah dinubuatkan oleh Yesaya:

“Lihat itu hambaKu yang Kupegang. Orang pilihanKu yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu kepadanya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau mendengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya” ( Yes 42: 1-5 )

Ternyata Yesus inilah orang yang telah dinubuatkan oleh Yesaya itu, yang berkenan di hati Allah, yang di dalamNya Roh Allah bersemayam, yang akan menegakkan hukum kepada bangsa-bangsa, yang ajaranNya di harapkan di segala pulau. Inilah gambaran Sang Mesias Israel yang pada saat pembaptisan itu, Ia dilantik untuk melaksanakan tugasNya di dunia ini.

( Pembaptisan Yohanes dan Pembaptisan Kita )
Saudara-saudara yang terkasih, apakah pembaptisan kita ini juga hanya lambang pertobatan saja, bagaikan pembaptisan Yohanes? Karena Yohanes pernah mengatakan bahwa ia hanya membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian, akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api (bdk. Mat 3:11). Jawabnya adalah tidak sama saudara-saudara. Kita telah mengalami baptisan dengan air dan Roh Kudus sekaligus. Karena dalam pembaptisan kita orang yang membaptis kita menuangkan air di atas kepala kita dengan berkata: “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Persis sebagaimana yang diajarkan Yesus kepada para Rasul sebelum Ia naik ke Surga. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28:19). Dalam pembaptisan itu kita telah dimasukkan dalam persekutuan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pada saat pembaptisan kita itu, kita telah diangkat menjadi anak Allah. Tetapi anak angkat saudara-saudara, karena Anak Allah yang sesungguhnya adalah Yesus sendiri. Kita adalah anak angkat Allah, karena sebelumnya kita ini bukan anak. Kita sebenarnya hanyalah ciptaan Allah dan ciptaan itu, setelah pembaptisan, diangkat menjadi anakNya. Pembaptisan kita itu bukan saja lambang pertobatan, tetapi pada saat itu juga dosa asal dan dosa-dosa kita yang lain telah dihapuskan.

( Sakramen Gereja dan Rahmat )
Saudara-saudara yang terkasih, pembaptisan kita adalah pintu gerbang masuk ke dalam sakramen-sakramen Gereja lainnya. Kita masih ingat bukan, ketujuh sakramen Gereja itu? Jika ada yang lupa biarlah saya ingatkan kembali. Ketujuh sakramen Gereja itu ialah: Sakramaen Pembaptisan, Khrisma, Ekaristi, Tobat, Perkawinan, Imamat dan Perminyakan Suci. Tetapi sebelum dibaptis, sebelum menjadi anak Allah, kita tidak bisa menerima sakramen-sakramen itu. Di dalam sakramen Gereja itu kita akan semakin mendapatkan rahmat dari Tuhan, sehingga semakin pantas menjadi anakNya. Tetapi saudara-saudara, rahmat itu sebenarnya apa? Di sini saya tidak akan menjelaskan secara teologis, karena takut Anda semuanya akan menjadi bingung. Namun saya akan menjelaskan secara sederhana dengan terlebih dahulu menceriterakan kisah berikut ini.

Di Amerika Serikat ada seorang kaya-raya yang hidup sendirian. Mungkin ia telah ditinggalkan oleh isterinya dan tidak mempunyai anak. Ia hidup hanya ditemani oleh seekor anjing Helder yang setiap hari dengan setia menemaninya. Pada suatu hari orang itu kedapatan telah meninggal dunia di kamarnya, karena serangan jantung. Ketika surat wasiatnya dibuka, ternyata seluruh harta kekayaannya diwariskan kepada anjing Heldernya yang setia itu. Sejak itu Helder itu menjadi binatang terkaya di dunia. Tetapi apakah ia tahu saudara-saudara, bahwa ia menjadi binatang yang kaya raya? Lihat saja, ketika yang bertugas memelihara memberikan makanan yang mahal-mahal dari restoran, ia malah nggak mau makan, tetapi lebih suka mengejar tulang yang dilemparkan pemeliharanya. Demikian juga setelah dibelikan tempat tidur yang bagus, ia malah lebih suka tidur di kolong. Jadi kesimpulannya, warisan uang yang banyak itu tak ada gunanya bagi anjing itu. Mengapa Helder itu tidak bisa menikmati warisan dari tuannya? Karena memang kodrat tuannya yang manusia itu berbeda dengan kodrat anjingnya. Itulah sebabnya anjing itu tak mampu menikmati sesuatu pemberian dari tuannya yang berbeda kodrat, lebih dari kemampuan kodrat anjingnya.

Saudara-saudara yang terkasih, antara Tuhan dan manusia itu juga berbeda kodratnya. Oleh karena itu segala pemberian Allah itu, pastilah tidak mampu dinikmati manusia lebih dari kemampuan kodrat manusiawinya. Jadi jika Allah mewariskan harta surgawinya atau hal-hal ilahi kepada manusia itu, pada hakikatnya sama seperti orang kaya yang mewariskan harta kekayaannya kepada anjingnya. Percuma, karena perbedaan kodrat itu manusia tidak mampu menikmatinya. Tetapi saudara-saudara, Tuhan ternyata tidak sebodoh orang kaya itu. Karena Ia tahu akan ketidakmampuan manusia, jika Ia memberikan sesuatu yang ilahi kepadanya. Maka sebelum memberikan warisanNya, Tuhan akan lebih dahulu membuat manusia itu menjadi mampu menikmati harta ilahiNya. Kemampuan yang diberikan kepada manusia agar dapat menikmati warisan dan hal-hal yang ilahi itulah yang disebut RAHMAT.

Saudara-saudara yang terkasih, dalam pembaptisan kita menerima rahmat yang pertama yang menjadi pintu gerbang bagi masuknya rahmat-rahmat lainnya dalam setiap sakramen Gereja dengan puncaknya adalah sakramen Ekaristi. Oleh karena itu betapa pentingnya kita yang sudah dibaptis ini selalu menghadiri sakramen-sakramen Gereja, khususnya sakramen Ekaristi. Karena dengan demikian, kita akan sering menerima rahmat dari Tuhan, sehingga semakin memiliki kemampuan untuk menikmati warisan ilahi di kelak kemudian hari, setelah kita kembali kepangkuan Bapa.

( Penutup )
Oleh karena itu marilah kita mohon rahmat yang melimpah dari Bapa, lewat Putera dan RohNya dalam Ekaristi ini, agar kita semakin memiliki kemampuan menikmati harta ilahiNya, serta membuat kita semakin pantas menjadi anakNya yang terkasih. Amin.

Avenged Sevenvold


James Owen Sullivan
09/02/1981 - 28/12/2009




Today marks the two-year anniversary of the untimely passing of Avenged Sevenfold drummer Jimmy “the Rev” Sullivan. To mark the occasion, all this week on RevolverMag.com we’ll be bringing you memories of the Rev from his friends in the hard rock and metal community.

Below are the thoughts of Atreyu and Hell or Highwater’s Brandon Saller.

“Jimmy was always more concerned about everyone else than he was with himself. He always wanted everyone to have a good time. He didn’t live in a world where you could be sad or bummed out. He didn’t let that part of life exist for him. He always brought out the good in everything and was always laughing and joking and fucking with you. I just feel so lucky that I got to spend time with the dude and know the dude. I think that anybody that got to is a lucky person.”



Up next, the recollections of Street Drum Corps’ Bobby Alt.

“I remember being on the Vans Warped Tour in 2003 with my band S.T.U.N., walking around in Boise, Idaho, when a little kid with an Avenged Sevenfold T-shirt pulled me over to see them play. Knowing I was a drummer, he had me watch Jimmy play. And boy could Jimmy play. “Play on Jimmy, Play on! You will be missed, my friend. He is now with Krupa, Bonham, and Moon, the drumming gods in the sky watching over us! He will be missed by many. Fans, family, and friends.”


  
Next up, the thoughts of Papa Roach’s Jacoby Shaddix.

“Not only was he a great and innovative drummer/song writer, he was a leader who truly cared about his band his fans and all his friends. I admire that about him.”



Up next, Bullet for My Valentine frontman Matt Tuck.

“Jimmy had a huge amount of love for everyone he met. When we’d go out for drinks, he would always grab you and hug you and kiss you and tell you how much he loved you. Jimmy had a huge passion for living life for however long he was going to be on this earth. It was cut dramatically short, but for the amount of time he was here, rest assured, he had a great time.”



Up next, Hellyeah and former Pantera drummer Vinnie 


 “His music was very challenging and dangerous, but the Rev was always just a down-to-earth guy that was very humble, with no ego. He always treated me with the ultimate respect and I always enjoyed his presence. He was great.”



Up Next, Bleeding Through frontman Brandan Schieppati.


 “[When Avenged Sevenfold formed], it was the only thing Jimmy had, so he strived to become a really good drummer. He played like his life depended on it because it truly did. Whenever he’d see people from the past, like Bleeding Through or Eighteen Visions, his face would light up and he’d make you feel like you were still an important part of his life, even though he had gone and done greater things with his career. He really had a big heart and was kind and warm to everybody.”

Kamis, 01 Maret 2012


The story of kite
The sun shone brightly and the west breeze blew. The kite was flying this way and that way tied to her string.
Suddenly the string snapped. The kite was free. She soared high in the air until she could see far, far away.
The kite followed some parrots who took her to see the rainforests. The air was cool and the kite got wet.
The kite followed some crocodiles who took her to see the rivers. The air was misty and the kite caught a fish.
The kite followed some wallabies who took her to see the deserts. The air was hot and the kite got tired.
So the kite followed the sun who took her back home, right to her string


Cerita tentang layang-layang
Matahari bersinar cerah dan angin barat bertiup. Layang-layangterbang dengan cara ini dan cara yang diikat ke string nya.
Tiba-tiba string bentak. Layang-layang itu gratis. Dia melambungtinggi di udara sampai ia bisa melihat jauh, jauh sekali.
Layang-layang mengikuti beberapa beo yang membawanya kehutan hujan. Udara dingin dan layang-layang basah.
Layang-layang mengikuti beberapa buaya yang membawanya kesungai. Udara berkabut dan layang-layang menangkap ikan.
Layang-layang mengikuti beberapa walabi yang membawanya kepadang pasir. Udara panas dan layang-layang mendapat lelah.
Jadi layang-layang mengikuti matahari yang membawa pulangkembali, kanan ke string nya